Pikiran manusia memang sulit untuk dikendalikan, Dalam hidup, terkadang kita banyak mengunakan pembenaran untuk hal yang sebenarnya salah / kurang baik, dalam hal ini adalah karena untuk pembelaan terhadap diri sendiri.
Dan terkadang kita tidak dapat melihat kebenaran dan kebaikan yang dilakukan oleh orang lain, yang dalam hal ini dikarenakan oleh iri hati atau ketidaksukaan pribadi.
Sulitnya melihat kebaikan sebagai kebaikan, kesalahan sebagai kesalahan.
semua dikarenakan sangat sulit untuk menilai diri sendiri,
Sulit membangkitkan kebaikan di dalam diri, dan sulit mengendalikan kesalahan diri sendiri.
Apapun itu selama kita dapat mempelajari sifat-sifat kita, menyadari semua kesalahan kita, dan berusaha untuk mengubah diri kita kearah yang benar dan positif, semua adalah baik adanya dalam hidup kita.
Tidak ada orang yang selama hidupnya tidak pernah berbuat kesalahan, tetapi kita dapat belajar dari kesalahan. Apapun harus dapat diterima, apapun harus mau dipelajari ( dalam konteks hal yang positif ). maka kita akan menjadi lebih baik lagi.
Walaupun sulit tetapi harus di praktekkan, jangan berhenti sampai ditengah jalan harus berjuang agar hidup kita menjadi lebih baik dan lebih baik lagi ( better and better).
mari kita bersama-sama melangkah dalam kemajuan hidup bukan sebaliknya.
Sadari semua orang memiliki kelebihannya sendiri, memiliki kekurangannya sendiri dan harus terus berusaha untuk bersama-sama saling mendukung dan memotivasi.
Ini ada cerita renungan tentang seekor anak burung unta yang ingin belajar terbang,. Dia merasa malu karena orang tuanya dan kelompoknya tidak bisa terbang, sedangkan sejak dilahirkan dia sering sekali mengamati burung-burung lain yang dapat terbang kesana-kemari.
Sedangkan hidup mereka hanya bisa berlari kesana-kemari, menari dan berputar-putar.
Akhirnya ketidakpuasan akan hidup pun melanda dirinya.
Dia pun pergi meninggalkan komunitasnya dan berguru pada burung gereja. Kawanan burung gereja pun menertawakannya dan mereka meninggalkan anak burung unta itu sendirian.
Anak burung unta tersebut pantang menyerah, terus mencari guru baginya untuk bisa terbang, dan pergi menemui kawanan burung beo, burung beo pun berkata: ”Aku sejak lahir sudah punya sayap, tetapi aku hanya dilatih untuk bicara, hidup dalam kandang bagaimana bisa terbang, orang membutuhkan suaraku, bukan keindahanku dalam mengepakan sayapku.”
Lalu anak burung unta tersebut, masih penasaran dengan guru yang mungkin dapat membantunya belajar terbang dia pun mencari burung elang, Burung elang dengan sombongnya berkata:” Lihat badanmu yang begitu besar, bagaimana kau bisa membawa badanmu yang berat itu untuk mengarungi angkasa raya? Sudah jangan bermimpi…. Pulang saja sana!”
Masih pantang menyerah dan pergi menemui burung nazar (burung pemakan bangkai).
Lalu Kawanan burung nasar itu senang dengan hadirnya burung unta yang bodoh itu sebab dia adalah santapan lezat untuk mereka. Mereka pun berkata: ”Hai anak burung, Kami akan mengajarimu terbang, tetapi kamu harus terbang dari puncak bukit ini dan terjun ke jurang dibawah sana dengan mengepakan sayapmu. Sekarang belajar dulu di daratan ini untuk mengepakan sayapmu, kemudian berlari sekuat tenaga untuk terbang melewati puncak tebing ini sampai di puncak tebing seberang ”
Apa yang terjadi? Burung onta itu jatuh ke dalam jurang dan menjadi mangsa empuk bagi para burung nazar yang kemudian berpesta pora.
Seandainya burung unta itu mendengarkan nasihat orang tuanya, maka ia akan baik-baik belajar tarian burung unta, dan akan hidup dengan bahagia menghibur semua orang di kebun binatang dengan keanggunan tariannya, membuat dirinya dihargai sebagai burung ‘balerina’ dan ‘penari handal’, atau pun sebagai ‘burung pelari marathon’ . Tetapi semua berubah mengenaskan karena kebodohannya dan ketidakpuasan dirinya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar